Kota Lugansk | Proriat Hospitality on Unsplash |
Setelah akhir-akhir kemarin sempat berhenti perang di Donbass (Lugansk dan Donetsk), baru-baru ini keadaan semakin memanas. Ukraina tidak lagi sendiri dalam berperang tetapi mereka bersama dengan Amerika dan NATO. Begitu juga dengan Rusia, mereka kini dapat lebih agresif karena melihat bahwa Amerika dan NATO adalah musuh dan ancaman.
Pada pandangan pihak Ukraina, Rusia membantu para separatis di Donbass. Selain itu, Rusia yang berhasil merebut Krimea pada tahun 2014 tentu saja memperburuk hubungan. Pada pandangan pihak Rusia, mereka mencoba untuk membantu para penutur bahasa Rusia dengan alasan sebagai sebuah perlindungan akan kebebasan.
Selain itu, kita perlu tahu juga tentang propaganda Rusia dan patriotisme. Di samping bisa jadi para separatis termakan oleh propaganda Rusia, mereka juga bisa jadi memiliki jiwa patriot Rusia sehingga keinginan untuk merdeka timbul.
Tidak sekedari hal-hal itu saja, masih banyak alasan lain terjadinya perang di Donbass.
Salah satu hal yang sebenarnya sederhana untuk mengatasi permasalahan seperti ini adalah dengan melakukan referendum. Apakah yang sebenarnya diinginkan oleh orang Donbass. Apakah mereka ingin tetap bersama dengan Ukraina, bergabung dengan Rusia, atau pun menjadi negara sendiri.
Dalam pandangan saya, solusi ini akan lebih sederhana dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Demokrasi memiliki arti bahwa kekuasaan ada pada rakyat sehingga serahkan saja permasalahan kepada masyarakat, biarkan mereka menentukan sendiri. Memuaskan atau tidaknya hasil nanti, tetap lah harus diterima, demokrasi bukan tentang benar mau pun salah tetapi tentang apa sebenarnya yang diinginkan oleh masyarakat.
Apa pun alasan terjadinya perang nanti, masyarakat lah yang pada akhirnya akan menderita karena perang. Mengapa tidak mencari solusi yang sederhana dan lebih berpihak pada masyarakat daripada Rusia mau pun Ukraina.