Starship Troopers adalah salah satu novel terbaik dan kontroversional karya Robert Ansen Heinlein. Seperti karya-karya besar Heinlein lainnya, novel ini juga dibumbui hal-hal yang kontroversional. Kontroverional bukan tentang tabu atau tidaknya tetapi mengenai kritik terhadap apa yang terjadi di masyarakat.
Penulis
Heinlein atau dikenal dengan RAH memang tidak sekedar membuat novel Sci-Fi tetapi menamai genre-nya dengan nama Social Sci-Fi. Tidak sekedar khayalan teknologi melainkan lebih fokus terhadap khayalan tentang masyarakat masa depan. Heinlein termasuk salah satu The Big Three bersama dengan Isaac Asimov dan Arthur Clarke. Mereka semua merupakan para penulis Sci-Fi terkenal di pertengahan abad 20.
Plot
Plot novel ini tidak terlalu menarik. Seorang anak muda yang ikut menjadi relawan militer untuk menjadi soldier. Anak muda ini harus berhadapan dengan kemauan orang tua yang berbeda. Ketika bergabung dengan militer, dia pun mengalami berbagai kendala hingga akhirnya lulus. Selanjutnya dia memutuskan untuk melanjutkan karir dan akhirnya menjadi letnan setelah keberhasilannya dalam sebuah perang.
Alih-alih berisi aksi dan peperangan, novel ini justru lebih banyak berisi dialog antara tokoh utama dengan gurunya di kelas. Peperangan muncul hanya di akhir-akhir chapter saja. Cukup disayangkan.
Jika anda membaca novel ini dikarenakan judul dan cover atau film-nya maka anda akan sangat kecewa ketika membaca novelnya.
Tokoh
Penulis tidak terlalu menekankan hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lain. Penekanan lebih kepada dialog antara tokoh utama (Juanito Rico) dengan gurunya di kelas dan renungan Rico terhadap apa yang terjadi di lingkungannya.
Membaca buku ini ibarat anda akan menjadi orang yang mendengar pelajaran dari guru anda dan itu pun hanya berkenaan dengan moral dan filsafat saja. Novel ini tampak terlalu mirip dengan buku yang berbicara tentang moral daripada bercerita.
sumber gambar gambar disini
Pembahasan
Pembahasan dalam novel ini sebenarnya sangat mendalam (mendalam bukan berarti benar). Misalnya perbedaan antara manusia dan hewan, hubungan anak dan orang tua, dan lain-lain.
Diantara semua itu, hal yang sangat menarik bagi saya adalah bagaimana Heinlein mengkritik demokrasi. Ya, bagaimana suatu bentuk demokrasi itu sebenarnya justru menghilangkan nilai-nilai pengorbanan dan lain-lain.
Berikut ini akan saya jelaskan sedikit
1. SEMUA ORANG SAMA = SEMUA TIDAK BERHARGA
Dalam demokrasi, setiap orang memiliki hak yang sama untuk bersuara. Tampaknya memang ini adalah hal yang bagus tetapi tentu ada konsekuensi dari hal anggapan ini.
Jika semua orang memiliki hak yang sama untuk bersuara dan berpendapat maka suara dan pendapat akan menjadi hal yang murah. Bersuara adalah tindakan yang mudah didapatkan dan tidak membutuhkan pengorbanan lebih untuk melakukannya.
Oleh karena itu lah diperlukkannya pembeda antara mereka yang layak untuk bersuara dan tidak.
Ini ditampilkan dalam Starship Troopers sebagai perbedaan antara penduduk biasa dan mereka yang pernah menjadi sukarelawan di Federasi. Mereka yang pernah menjadi sukarelawan memiliki hak-hak istimewa karena telah mengorbankan kehidupan mereka sementara mereka yang memilih tidak menjadi sukarelawan, mereka tidak mendapat hak-hak istimewanya. Mereka yang telah mengorbankan apa yang paling berharga (kehidupan) adalah mereka yang paling layak mendapatkan keistimewaan.
2. PENGHARGAAN ITU MEMBUTUHKAN PENGORBANAN
Setiap orang yang ingin mendapatkan sesuatu, mereka perlu untuk berusaha mendapatkannya. Jika seseorang mendapatkan sesuatu tanpa usaha maka apa yang dia dapatkan akan menjadi hal yang tidak berharga.
Dimisalkan oleh Heinlein dengan seorang mendapatkan sertifikat pemenang lomba lari. Jika orang itu mendapatkannya tanpa mengikuti perlombaan maka tentu saja sertifikat kemenangan itu tidak ada harganya.
Berbeda dengan apa yang didapatkan dari hasil jerih-payah. Ia akan lebih berharga dan layak untuk dihargai. Penghargaan itu bukan lah sekedar hadiah atau trofi yang didapatkan namun juga keringat dan jerih-payah untuk mencapai keberhasilan.
Demokrasi tidak lah berjalan seperti ini. Setiap orang kemampuan yang sama dalam bersuara dan berpendapat tanpa memandang apa yang telah mereka korbankan untuk mendapatkannya. Ini menyebabkan mereka yang telah berusaha dan berkorban disamakan dengan mereka yang bahkan tidak melakukan apa pun.
Hubungan dengan Film Starship Troopers (1997)
Novel ini sangat berbeda sekali dengan apa yang ada dalam film. Menurut saya ini lah bagian yang paling mengecewakan dari film-nya. Novel berbicara mengenai moral sementara film berbicara tentang perang.
Alih-alih mengkritik sistem sosial yang ada di USA, film justru tampaknya membahas tentang zaman peperangan beserta propaganda-propaganda di dalamnya.
KESIMPULAN
Novel ini sebenarnya bukan bacaan yang menarik bagi anda yang tertarik ke aksi dan petualangan. Novel ini lebih mengarah kepada perbincangan dan penghayatan kehidupan dengan sudut pandang yang tampak kontroversional anti-mainstreme.
Salah satu hal yang paling menarik dalam novel ini adalah pembahasan mengenai demokrasi. Demokrasi dalam satu sisi menyamakan penghargaan terhadap suara dan pendapat masyarakat namun dalam sisi lain ini membuat hal tersebut menjadi semakin tidak bernilai karena pengorbanan tidak dianggap lagi.
Untuk pembaca biasa zaman sekarang non-USA, membaca novel ini tidak disarankan kecuali jika anda ingin meneliti karya-karya Sci-Fi atau mencari sudut pandang lain berkenaan dengan demokrasi.
Sebagai seorang Muslim, memang ketika membaca kebanyakan karya-karya sastra Barat perlu untuk sangat berhati-hati dikarenakan mereka memang memiliki Aqidah yang berbeda. Oleh karena itu lah diperlukannya sebuah teori sastra baru untuk mengatasi hal tersebut.
Kalau saya besok berkarir dalam Kesastraan, mungkin saya akan mencoba menciptakan teorinya.