Lambang Ubuntu 20.04 Focal Fossa |
Banyak kisah mengenai mereka yang memutuskan untuk bermigrasi dari Windows ke Linux salah satunya adalah Ubuntu. Begitu juga dengan saya yang merupakan salah satu dari sekian orang yang telah memutuskan bermigrasi sepenuhnya. Memang bukan lah suatu hal yang membanggakan di mata orang-orang yang kuliah di Sastra Inggris namun semua punya kisahnya masing-masing.
Keindahan Zorin OS |
Awalnya saya ragu untuk bermigrasi ke Linux namun suatu hari peristiwa menarik muncul. Laptop saya mengalami masalah blue screen. Permasalahan ini terjadi ketika laptop saya terkonek ke Internet. Saat itu, saya sangat mencurigai Microsoft lah yang melakukan ini karena memang laptop saya memakai Windows 7 versi lama, tidak pernah update, dan bajakan. Adalah hal mustahil bagi saya juga untuk membeli Windows 7 yang asli karena saya tidak punya uang dan waktu yang terbatas. Sehingga saat itu hanya ada dua pilihan bagi saya: Install ulang Windows 7 bajakan atau ganti Linux.
Saya memilih Ubuntu karena OS ini kelebihan dari saudara2nya dan Linux lainnya. Proses install sangat mudah dan cepat. Cukup membuat usb bootable dan boot di laptop dan install sesuai dengan petunjuk yang ada. Selain kemudahan instalasai, Ubuntu juga memiliki komunitas besar yang sangat kuat. AskUbuntu misalnya, anda bisa mencari permasalahan yang anda cari di sana. Lebih lanjut lagi, banyak sekali website yang memang merokomendasikan Ubuntu sebagai OS yang mudah untuk pemula. Memang jika dibandingkan dengan distro lain apalagi di luar Debian, Ubuntu adalah paling cocok untuk orang awam.
Awal-awal memakai Ubuntu bukan lah hal yang mudah. Saya harus menyesuaikan dengan lingkungan baru; menggunakan Terminal untuk melakukan perintah-perintah yang tidak tersedia GUI-nya. Mungkin tampaknya susah namun jika anda mencari di website, biasanya sudah disediakan kode apa yang harus anda tulis untuk melakukan sesuatu. Jadi tinggal kopi-paste saja. Beberapa perintah pun saya berhasil hafalkan karena sudah sering dilakukan; seperti xinput, sudo apt, dll. Dan bukan hanya lingkungan baru saja, saya juga mulai untuk memahami istilah-istilah baru seperti: Dependency, Repository, dan lain-lain. Semua itu saya pahami secara natural dengan berjalannya waktu. Tidak perlu ketakutan karena karena saya tumbuh dan berkembang untuk beradaptasi.
Zorin OS Lite dirancang untuk komputer tua |
Sering juga saya berhadapan dengan bug atau masalah tak terduga. Misalnya sebagian hardware tak terdeteksi, gagal install aplikasi, freeze, DE bermasalah, dan lain-lain. Masalah-masalah seperti ini bisa diatasi dengan anda rajin update dan update Linux itu cukup mudah. Tinggal buka Terminal dan tulis perintahnya. Jika setelah update masih ada masalah maka anda perlu mencoba menyelesaikannya sendiri. Bisa juga menjelajahi search engine untuk mencari permasalahan sama yang pernah terpecahkan di komunitas-komunitas yang ada. Salah satu solusi lainnya adalah install ulang dan itu sangat mudah dilakukan. Memakai Linux adalah sebuah tantangan.
Permasalahan terbesar yang saya hadapi dulu adalah suatu hari Ubuntu saya tidak dapat menampilkan gambar di monitor. Berhari-hari saya hidup tanpa laptop dan itu bukan lah hal mudah bagi saya. Saya adalah orang yang rajin kerja tugas kuliah dan selalu menghindari plagiarisme sehingga saya perlu laptop untuk menulis. Ibarat seperti seorang penulis yang kehilangan tangannya.
Saya menduga OS tidak dapat mengidentifikasi monitor laptop saya secara otomatis. Setelah melakukan pencarian, akhirnya saya menemukan video di YouTube untuk permasalahan saya. Saya harus boot ke safe mode dan menulis sebuah perintah yang kurang lebih isinya adalah untuk menemukan bagian laptop apa yang belum terdeteksi oleh OS. Saya pun melakukannya dan kemudian memasukkan perintah untuk mengaktifkan monitor saya. Jadi secara total hanya tiga langkah saja untuk menyelesaikan masalah saya: Safe Boot>Scan Hardware>Aktifkan Monitor.
Setelah tiga langkah itu selesai, BOOM, Ubuntu saya muncul di layar dan itu adalah momen terbaik dalam hidup saya dengan Ubuntu. Sebuah permasalahan yang tampaknya besar ternyata hanya sebuah masalah kecil yang hanya perlu tiga langkah penyelesaian masalah. Ini sangat mengagetkan bagi saya yang tidak memahami dunia komputer. Ibarat saat-saat anda duduk di bangku SD lalu tiba-tiba anda mendapatkan peringkat pertama padahal anda tidak mengharapkan itu terjadi.
Zorin OS Ultimate memiliki layout mirip MacOS |
Segala kesusahan yang telah saya hadapi dengan Ubuntu mungkin adalah kelemahan namun itu bukan berarti begitu saja. Ubuntu sebagai open source membiarkan saya untuk berinteraksi dengan OS anda sepenuhnya tanpa ada pembatasan. Jika ada suatu permasalahan maka bisa jadi bukan Ubuntu adalah jelek, itu berarti adalah saya perlu untuk lebih memahaminya lebih dan mengembangkannya. Jadi Ubuntu tidak hanya memberikan pelayanan kepada saya namun juga menuntut saya untuk memahami. Bagi saya, ini adalah sebuah interaksi yang menarik dimana ada hubungan dua arah antara saya dan OS laptop saya.
Dengan interaksi dua arah ini lah, hubungan saya dan laptop saya menjadi lebih hidup dan mesra. Berbeda dengan ketika saya menggunakan Windows, saya tidak memiliki rasa kebersamaan dengan OS saya. Saya tidak bisa berinteraksi dengan OS saya. Semua dibatasi dengan apa yang telah OS tawarkan secara default. Ubuntu dan Linux memberikan anda akses sepenuhnya melampaui apa yang tawarkan.
Memang Ubuntu belum dikenal oleh kebanyakan orang Indonesia. Namun, untuk generasi mendatang dimana literasi digital semakin tinggi, orang akan semakin mengenal Linux dan Open Source. Selain itu, banyak distro Linux semakin berbenah diri untuk memberikan pelayanan yang dapat menjangkau semua orang dan tidak hanya menyasar pengguna ahli saja. Saya sangat menunggu masa depan dimana semua orang dan korporat mengenal Linux dan menghormati open source sehingga manusia semakin mengenal software.
Link situs resmi Ubuntu
Adapun saya sekarang memakai Zorin OS yang berbasis Ubuntu
Untuk Zorin OS Ultimate yang gratis dan versi lama bisa diunduh di Archive.org
Zorin OS yang saya pakai adalah Zorin OS 15.2 Ultimate.