Muhammad Iqbal Abdullah - Review Buku - Autobiography of Malcolm X
Pendahuluan
Buku Autobiography of Malcolm X termasuk buku yang berpengaruh di Amerika Serikat. Ia ditempatkan sebagai salah satu dari 100 buku paling berpengaruh oleh Library dan menduduki 5 besar. New York Times menempatkan buku ini dalam daftar buku non-fiksi terbaik/paling berpengaruh --saya agak lupa, lima besar bersamaan dengan Diary of Anne Frank, buku diari anak kecil korban Nazi.
Buku ini dikarang oleh Malcolm X dengan bantuan dari Alex Haley, penulis Afro-Amerika terkenal. Pada malam - malam tertentu, Malcolm X mengunjungi Alex Haley untuk wawancara lalu Alex Haley akan menuliskan ceritanya. Setelah itu, Malcolm X mengoreksi tulisan tersebut. Begitulah teknis penulisannya --kurang lebih.
Saya tidak setuju begitu saja dengan semua pandangan Malcolm X dalam buku ini. Namun, orang ini tetaplah tokoh pembaharu sosial dan dapat dipelajari untuk kepentingan pengetahuan sejarah dan sosial Amerika Serikat.
Penulis dan Penulisan
Penulisan buku ini dilakukan beberapa tahun sejak Malcolm X masih menjadi anggota Nation of Islam (NOI) hingga menjelang kematiannya. Oleh karena itu, buku ini masih terdapat beberapa cerita yang menyiratkan ideologi Malcolm X sebelum tobat ke Islam yang sebenarnya.
Malcolm X adalah tokoh pejuang hak asasi Afro-Amerika yang sangat kontroversional di Amerika Serikat. Banyak pemikirannya yang anti-mainstrean dan berlawanan dengan tokoh - tokoh lain. Gaya bicara dan retorikanya terkenal cepat, bertubi - tubi, dan blak - blakan. Dengan segala hal yang dia miliki, ia berhasil membuat takut musuh - musuhnya. Ketika Mrs. Handler sedang bertemu dengan Malcolm X, ia mengatakan bahwa ia seolah - olah berada di kandang macan kumbang.
Buku ini mengisahkan perjalanan hidup Malcolm X dari masa kecilnya hingga menjelang kematiannya. Selain itu, buku ini terdapat epilog dari Alex Haley dan dari Ossie Davis. Pada cetakan lebih baru, pada awal buku ditambahkan kata pengantar dari Mr. Handler dan Ilyasah El-Shabbazz (anak Malcolm X).
Dari keseluruhan tambahan - tambahan tersebut, epilog dari Alex Haley-lah yang paling menarik. Epilog tersebut benar - benar menambah kesan siapa sebenarnya Malcolm X dari perspektif seorang Alex Haley (ia berbeda pandangan dengan Malcolm X). Ia menambahkan hal - hal yang tidak terdapat dalam autobiografi, bahkan ada beberapa bagian yang menceritakan bahwa Malcolm X mengkritik sebagian isi autobiografi tersebut. Ia juga mengisahkan bahwa sebenarnya autobiografi tersebut belum selesai ketika Malcolm X mati.
Isi dan Penilaian
Malcolm X benar - benar mengisahkan hidupnya dari kecil. Ia mengisahkan bagaimana masa kecilnya dan keluarganya. Bagaimana ia merasakan tekanan rasisme pada saat ia berusia anak - anak. Perubahan perasaannya ketika menyadari rasisme adalah hal menarik. Ia menjadi seorang murung karena itu dan akhirnya kehilangan keinginan bersekolah. Setelah itu kehidupan gelapnya dimulai.
Berkelana di dunia gelap kota New York adalah bagian cerita yang paling menarik. Ia bertemu perjudian, prostitusi, dan narkoba. Semua ia ceritakan dengan bagus dan mendetail, sangat memukau denga sudut pandang orang pertama. Selain menceritakan tentang dirinya, ia juga menceritakan tentang masyarakat kulit hitam kelas bawah di New York ketika itu. Profesi - profesi para kulit hitam, seperti penyemir sepatu, digambarkan dengan baik. Selain itu, ia juga menceritakan tentang Yahudi di New York dan hubungan antara Kulit Hitam dan Kulit Putih.
Selain menceritakan tentang kehidupan kota New York, ia juga menceritakan kisah pertemuan dia dengan Nation of Islam. Bagaimana dia mulai tertarik dengan organisasi ini ketika di penjara. Kemudian hari, Organisasi ini membuatnya menjadi seorang Malcolm X, pejuang Afro-American yang gigih. Hingga, Malcolm X sendiri berpisah dan berseberangan dengan organisasi ini di akhir hidupnya.
Dalam bukunya, Malcolm X sering mengkaitkan antara rasisme dan supremasi kulit putih dengan kehidupan masyarakat dimana ia hidup. Hal ini sangat membantu memahami bagaimana sensitifitas Malcolm X terhadap rasisme. Ia bahkan menolak pemakaian istilah Negro padahal Martin Luther King tetap memakai istilah Negro untuk merujuk orang kulit hitam Amerika.
Buku ini memang terkesan kurang dramatis. Malcolm X ataupun Alex Haley tidak dapat membawa pembaca merasakan kesedihan ataupun rasa perjuangan yang hebat dari Malcolm X. Mungkin hal ini dikarenakan ini bukanlah novel tetapi non-fiksi sehingga susah untuk membuatnya benar – benar terkesan dramatis. Terlebih lagi, jiika anda membacanya tanpa pengetahuan apapun tentang sejarah rasisme anda akan benar – benar tidak terkesan dengan buku ini.
Namun bagi saya, pemerhati Malcolm X dan sejarah rasisme, buku ini tetap dapat memberikan kesan dramatis karena saya menghubungkan buku ini dengan pengetahuan saya tentang sejarah rasisme. Buku ini mengandung banyak pengalaman pikiran, mental, dan perasaan daripada pengalaman - pengalaman yang kasat mata.
Hal paling mengesankan bagi saya adalah ketika Malcolm X mulai memikirkan tentang hal – hal spiritual. Malcolm X menggambarkan bagaimana ia akhirnya tunduk dan bersujud kepada Allah di penjara untuk pertama kalinya. Padahal, sebelumnya dia adalah orang yang kurang percaya terhadap Allah dan sombong (melawan Allah).
Hal yang paling mengesankan lainnya terdapat pada akhir – akhir buku ini. Ketika itu, Malcolm X mulai berseberangan dan melawan Nation of Islam hingga ia menyadari bahwa ia akan terbunuh karena itu. Nation of Islam yang menjadi tempatnya mengabdi dahulu, kini menjadi musuh yang dapat menyerangnya kapan pun dan dimana pun.
Bagaimana pun, buku ini tetap menceritakan terbunuhnya Malcolm X tetapi bukan di isinya melainkan di epilog yang terdapat diakhir buku ini.
Penutup
Buku ini (tapi terjemah bahasa Indonesia) dapat dipinjam di Maktabah Golden Sunset. Maktabah Golden Sunset memiliki beberapa koleksi buku tentang rasisme dan perjuangan Afro-American. Jika anda berminat untuk meminjam bisa menghubung +6285740640590. Ada bonus jika anda meminjam buku ini.
Selain itu, versi ebook buku ini dapat dibeli di Google Play Book dengan harga 70-an ribu. Ini termasuk murah jika dibanding dengan buku biografi Marthin Luther King Jr. yang berharga 200-an ribu.
The online HTML CheatSheet website should be the first bookmark of every web developer. It is the best one-page resource to generate the desired markup.